26 September 2013

BALADA SAYUR PARE


Jadi seorang ibu itu memang gak gampang. Apalagi kalau belum pengalaman. Atau yang biasanya selalu ini itu ibu. Seperti aku. Hehe.
Ceritanya, ibu lagi ikutan PLPG, semacam diklat untuk program sertifikasi guru yang sekarang marak itu. Kalau gak ada sertifikasi katanya gak sah atau apa lah, aku juga gak terlalu paham. Nah, diklat itu mengharuskan ibu untuk menginap di tempat pelatihan selama sepuluh hari. Bayangkan, sepuluh hari! Aku yang sudah biasa ditemani ibu di rumah, jadi agak ketar-ketir. Pasalnya, aku memang kurang bisa masak atau buat sesuatu di dapur untuk mengganjal perut. Kalau sekedar untuk makanku saja mungkin aku bisa ngasal masak apa aja. Tapi kalau sudah harus mengurusi Abah, dan dua adik laki-lakiku, waduh... diriku nyengir sendiri.

Jadilah, sebelum ibu berangkat pelatihan, ibu sengaja beli beberapa sayuran yang gak mudah layu untuk disimpan di kulkas. Semacam wortel, labu siam, dan pare. Untuk lauknya, ibu sudah menyediakan telur mentah lumayan banyak, juga tempe dan mi instan untuk beberapa hari. Gak ada ikan, karena jujur aku masih takut untuk nyiangin semua jenis ikan, hehe.

Pagi sebelum ibu berangkat pelatihan, aku lihat ibu sedang masak pare. Tak ada yang aneh atau semacamnya, tapi setelah matang di wajan, barulah aku tahu alur apa yang akan ibu buat selama ditinggal. Pare itu asli banyak! Kalau saja keluargaku masih pada kumpul dirumah, mungkin sayur pare itu akan habis dalam waktu sehari atau paling telat dihangatkan esoknya dan habis sudah riwayatnya. Tapi, sekarang kan di rumah hanya tinggal aku, Abah, Farhi, dan Kiki. Itupun kalau Kiki pulang (biasanya dia akan nginep di rumah temannya atau di sekolah tempat dia megajar kalau sedang sibuk-sibuknya).

Dan benar saja. Begitu ibu melihat ekspresiku, ia langsung tau apa yang ingin kutanyakan.
“Ini sayur pare jangan sampe basi. Angetin aja terus, kan bisa untuk beberapa hari biar kamu gak repot masak.”

Gubraks! Sayur pare untuk beberapa hari?? Aku nyengir saja. Kalau kering kentang sih oke, tapi pare? Ya sudahlah. Haha.

25 September 2013

BERMIMPILAH


~Mimpi... adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia...~
(Nidji)

Ooo
Seberapa kuatkah mimpi itu mempengaruhi hidup kita? Bagiku, mimpi itu bukan sekedar khayalan tanpa batas, tapi ada kekuatan tersendiri untuk bisa mewujudkannya. Dulu, aku pernah punya mimpi sederhana. Bertemu dengan seorang penulis, Asma Nadia. Aku begitu suka tulisannya, cerita-ceritanya, pribadinya, perjuangan hidupnya. Jadi, aku pun mulai mengikuti jejaknya sebagai seorang penulis. Tulisanku dulu hanya sekedar tulisan biasa (sampai sekarang masih biasa sih, hehe), menulis diary, menulis ocehan orang-orang, menulis coretan apa saja. Hingga aku bertemu dengan seseorang yang memberiku informasi tentang organisasi kepenulisan, Forum Lingkar Pena.

Lalu aku bergabung dengan forum itu, mimpiku bertemu dengan Asma Nadia, siapa tahu saja. Begitu sederhana. Tapi kemudian apa yang terjadi adalah seperti sebuah skenario yang dituliskan berdasarkan impianku. Lewat FLP, aku ikut Munas dimana semua FLP di seluruh Indonesia berkumpul. Dan, aku bertemu Asma Nadia! Begitu sederhana. Begitu terwujud impianku!

Dan mimpi-mimpi lain yang mungkin awalnya hanya tersirat dalam pikiranku. Rupanya benar. Ketika kita punya impian, peganglah impian itu meski terkadang dianggap terlalu sederhana.

Aku jadi ingat dengan obrolan dengan beberapa teman kemarin sore. Masih tentang mimpi dan kehidupan. Ceritanya, ada seorang temanku yang dulu punya sederet impian. Ia bercerita dengan antusiasnya pada kami.
“Dulu, memang aku pernah punya mimpi, pertama, kuliah dan bisa wisuda walaupun Cuma setahun. Berhasil. Kedua, membiayai sekolah adik. Berhasil. Ketiga, dapat kerjaan yang sesuai pendidikan. Berhasil. Keempat, dapat kerjaan di tempat yang punya seragam, hehe. Berhasil. Kelima, punya pacar. Berhasil juga walaupun sekarang sudah putus!”
Gubraks! Lalu, apa impian yang belum juga terwujud?

“Rupanya, aku salah menulis mimpi. Harusnya, yang kelima itu bukan pacar, tapi suami!”
Haha. Kami tertawa. Benar kan? Bahkan mimpi yang ‘nyeleneh’ pun ternyata bisa dikabulkan. Apalagi kalau kita punya mimpi yang super?

Lalu temanku yang lain bercerita pula. Dia sudah punya kekasih tapi belum juga menikah. Dia begitu antusias juga bercerita padaku. Kira-kira begini petikan obrolannya dengan kekasihnya itu,

“Kamu punya impian gak?”
“Punya.”
“Apa?”
“Menikah denganmu.”
“Haha. Nikah dulu atau kerja dulu?”
“Gimana ya? Ya, nikah dulu sih..”
“Kalau nikah dulu, berarti kalau belum nikah juga, kemungkinan gak ada kerja. Dan kalau kerja dulu, kalau belum kerja, ya kemungkinan juga gak akan nikah.”
“...”

ooo
Haha, aku tertawa saja mendengar itu. Impian oh impian... jadi, mau nulisin impian yang mana dulu? :D

ROMANTIS?


 Beberapa hari yang lalu, salah satu temanku pasang status di jejaring sosial begini,
“Kenapa ya laki-laki itu gak bisa romantis? Kenapa selalu perempuan yang harus buat romantis?”

Haha, aku tergelitik. Kalau menurutku sih, ada benarnya juga. Bagi perempuan kebanyakan, keromantisan bisa membuat perempuan merasa menjadi seorang putri. Ya, memang tidak semua perempuan sih suka dengan hal-hal melankolis seperti dihadiahi sebatang coklat berhias pita, atau setangkai bunga kesukaan, atau dibacakan puisi paling puitis. Tapi, ketika membaca artikel-artikel tentang kewanitaan, aku menemukan banyak sekali fakta bahwa perempuan lumrahnya memang suka dengan itu.

Seperti juga kata Mario Teguh kemarin malam, perempuan itu misteri. Perempuan itu susah ditebak, tak mau mengungkapkan apa yang sebenarnya diinginkan, tapi menuntut laki-laki untuk mengerti dan memahaminya. Benar. Maka, tak heran kalau ada perempuan yang luluh hanya oleh puisi laki-laki atau kejutan-kejutan kecil seperti hadiah sebatang coklat, hehe.

Bagiku, bukan masalah hadiah atau pemberiannya, tapi niat tulusnya untuk membuat perempuan yang disayanginya merasa di’perempuan’kan (hadeh.. apa sih? Hehe). Jujur, aku juga tipe perempuan yang suka dengan hal kecil yang manis meski mungkin menurut sebagian orang itu hal sepele dan ‘untuk apa?’. Tapi bagiku, ucapan, hadiah kecil, puisi, atau kejutan sederhana cukup bisa membuatku merasa di’perempuan’kan. Mungkin bagi temanku yang buat status di atas juga, hehe.

Jadi ingat lagi waktu itu pernah baca chatnya temanku (dia sengaja nunjukin sama aku),
“Dimaafin tapi dengan syarat,”
“Memang kamu mau apa?”
“Sebatang coklat dihias pita.”
“Ya sudah besok kubawain coklat blok deh.”
Gubraks!

Atau curhatnya temanku yang lain,
“Kamu minta hadiah apa?”
“Setangkai krisan kuning.”
“Oke, besok aku bawain seakar-akarnya.”
Multi gubraks deh! Haha.

20 September 2013

Bodoh?

“Kekasihmu masih ada?”

“Hey, kenapa tiba-tiba tanya itu?”

“Kenapa dia terus membiarkanmu bekerja kelelahan sendirian?”

“Yakinku hanya satu, orang lain tak akan pernah mengerti apa yang terjadi dengan kita meski berulang kali kita memberinya alasan. Mereka tak menerima alasan apapun.”

“Ya, karena cinta adalah sesuatu yang membuat seseorang berani menantang badai, atau begini : cinta adalah sesuatu yang membuat orang jadi terlihat berani sekaligus bodoh?”

“Terserah apa kau bilang,”

“Haha, dalam agama, menjalin cinta sebelum pernikahan saja sudah termasuk bodoh, tapi sudahlah. Ini hanya soal memformulasikan keimanan dalam hidup. Saya memang sinting, haha.”

“Ya, aku memang bodoh seperti kau bilang,”

“Saat kau mengatakan itu, ingin rasanya aku pergi jauh, membelah padang rumput lalu memainkan gitar dengan kesunyian yang dalam. Tidakkah kau menemukan dirimu dalam puisiku?”

“Ah, kau tahu? Kau sudah membuatku menangis pagi ini.”

“...”

15 September 2013

White Rose

Lagi sukkaaaaa banget sama bunga yang satu ini. Mawar putih. Warnanya yang lembut, buat suasana hati adem dan tenang. Sebenernya pengen majang buket bunga ini di meja kamar, tapi setangkai aja gak ada :(

Pengen rasanya ada seseorang yang ngasih setangkai aja, tapi mengharapkan sesuatu dari orang lain kan gak baik ya, hehe. Kalau kita bisa ngasih, kenapa harus berharap dikasih? Eh, malah gak nyambung gini. Kapan-kapan, nyari ah di toko bunga atau di rumah tetangga, siapa tau nemu, haha.
Cantik kan? :D

Anggun banget!

Wah.. pakai ini ah besok kalau jadi pengantin, haha