29 Agustus 2013

GALAU LAGI


Beberapa hari yang lalu, ponselku menerima sebuah pesan pendek berisi, yah... bisa dibilang sedikit curhat lah. Bahasannya tak jauh-jauh dari usia dan kegalauan hati. Kira-kira begini isi pesannya,

“Kenapa ya Lia, diriku seperti ada di tingkat kegalauan paling tinggi akhir-akhir ini, mikirin soal jodoh,”

Kubalas dengan tawa saja, lalu dia kembali membalasnya dengan,
“27 tahun, Li...”

Usiaku juga 27 tahun, malah sudah lewat beberapa bulan, hehe. Aku jadi berfikir setelah itu. Mungkin memang setiap orang pasti berbeda ujiannya. Ada yang diuji dengan kekayaan, apakah dia bersyukur atau tidak, ada yang diuji dengan kemiskinan, apakah dia masih beriman atau tidak, ada yang diuji dengan kepandaian, apakah dia akan mempergunakan kepandaian itu dengan semestinya, dan ada yang diuji dengan yang dibahas di atas tadi, terasa jauh jodohnya. Padahal, mungkin Allah sedang mencarikan pasangan yang sesuai dengan kita, yang benar-benar kita butuhkan dan bukan sekedar pasangan hidup saja.

Jadi ingat juga obrolan dengan beberapa teman yang lain,
“Kenapa ya, orang-orang yang keliatannya biasa-biasa aja, gak terlalu baik, gak diburu-buru, malah cepet dapat jodohnya. Lha yang sudah terasa siap, yang umurnya sudah di puncak 30-an, yang punya antrian adik untuk nikah juga, eh malah gak nikah-nikah.”

“Yah, kan kalau asal-asalan, dapat jodohnya juga asal.”

“Ya, bukannya aku menilai diriku sudah baik, tapi rasanya kok susah banget.”

“Ya, inget aja, wanita yang baik itu untuk laki-laki yang baik.”

“Ya, tapi memang lebih enak yang sekalian jomblo, jadi gak ada sindiran dobel. Kan bisa beralasan belum ada calon, gitu. Coba kalau yang sudah punya calon dan masih belum jelas kapan mau nikahnya, pasti banyak sindiran, nunggu apalagi?”

Aku tertawa saja. Betul juga. Lalu ada yang menambahkan,
“Ya, kayak gue, keliatan ada calon, sudah lama jalan, tapi gak nikah-nikah. Sering banget ditanya nunggu apa lagi? Rasanya pengen nangis. Sampai terlintas dalam pikiran gue, seandainya nikah itu Cuma butuh biaya satu juta.” Ramai, seru. Berbagai alasan yang mungkin gak bisa diterima orang lain, tapi memang begitulah yang sebenarnya.

Orang lain memang sering menyudutkan orang yang belum juga menikah, padahal mereka tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mereka juga tak tahu bagaimana perasaan orang yang mereka tanyai terus-menerus, apakah biasa-biasa saja, sakit, atau sampai tak ingin lagi menyapa. Mereka juga tak tahu bahwa sebenarnya doa-doa mereka yang belum menikah itu makin teruntai panjang setiap habis sholatnya, merajinkan diri untuk menitipkan permintaan lewat hujan yang datang. Mereka pun tak tahu bahwa setiap kali ditanya, mereka menyembunyikan air mata yang bisa saja tumpah setelah orang-orang itu pergi. Juga, mereka tak tahu bahwa alasan yang mereka dengar itulah alasan paling sebenarnya.

SAAT JENUH MELANDA


Dalam kejenuhan rutinitas harian, aku sering melarikan sedikit perhatianku pada foto-foto di masa lalu. Bagiku, foto-foto itu memiliki kekuatan sendiri untuk bisa melukis senyum kembali di wajahku. Foto-foto itu bisa membuatku mengingat masa-masa yang mungkin sudah tak bisa aku ulangi lagi, dan kalaupun terulang, tak akan sama lagi. Maka, menulis sambil melihat foto-foto itu adalah salah satu cara menyegarkan kembali fikiranku.


Ini foto waktu aku masih mengabdi di Palembang. Acara makan bersama anak-anak panti asuhan membuatku merasa sangat bersyukur masih bisa punya orang tua lengkap, rumah tempat berteduh, dan keluarga yang penuh perhatian.

Ini dua adik manis yang kalau kalau waktuna ngaji sering kebanyakan becanda. Pengennya cerita melulu. Kabar terakhir yang kudengar adalah si Puput (yang lebih besar) sudah mondok di salah satu pesantren di Palembang. Aku jadi terharu. Dulu, gayanya tomboy, jadi atlet lari cepat, ngomongnya ceplas-ceplos.


Ini kebersamaanku dengan teman-teman di Palembang. Kalau sudah sesi foto-foto, pasti semuanya berebut mau jadi artis yang nampang di depan kamera. Keinginan kami yang belum terwujud adalah lipsing bersama, haha.

Ini bersama teman-teman penulis yang sekarang sudah berpencaran keman-mana. Kalau liat foto-foto ini rasanya semangat untuk menulis berkobar lagi =D

17 Agustus 2013

Lebaran (telat poting, hehe)

Assalamualaikum...
Met lebaran semua :D sudah seminggu lebih dari tanggal 1 Syawal tapi belum sempat posting cerita lebaran kemarin. Entah ya, tahun ini rasanya kurang greget gitu dengan lebarannya. Mungkin karena bisa dibilang aku gak libur, pasalnya aku baru libur sehari sebelum lebaran dan seterusnya masuk kerja lagi. Masih alhamdulillah ketemu shift sore jadi pagi masih bisa ketemu sodara yang mampir ke rumah.

Cerita lebaran dimulai dari hari-hari sebelum lebaran, hehe. Biasa, buat kue kering selalu jadi ritual yang ditunggu-tunggu. Ada beberapa hal sih yang buat kami serumah sepakat untuk gak beli kue kering jadi. Pertama, masalah harga, pastinya kue kering yang enak harganya melambung tinggi. Kalau Cuma beli sekilo-dua kilo kayaknya gak cukup deh. Tau sendiri, rakyat banyak, hehe. Kedua, kayaknya gak seru banget kalau gak sibuk-sibuk buat kue (hehe, padahal mah rempongnya..).

Jadilah kami nyicil membuat kue kering ala kadarnya, benar-benar ala kadarnya karena keterbatasan SDM :D biar sedikit yang penting ada. Lihat nih beberapa hasilnya, cantik kan? =D

Dua hari sebelum lebaran, kami disibukkan oleh pengecatan rumah. Dari kemarin-kemarin sih niatnya gak mau ngecat, tapi lihat dinding penuh dengan coretan gak jelas ala anak-anak yang suka mainan pensil dan pena di dinding, alhasil Abah dan De Kiki lemburan deh sampai malam. Itupun ngecat seadanya aja, yang penting coretan di dinding bisa tertutup. Walaupun seadanya gitu, masih tetep aja bikin rumah kayak ditimpa pesawat. Berantakan luar biasa! Hadeh...

Sehari sebelum lebaran, aku yang sudah libur sibuk banget untuk nyiapin segala macam. Mulai dari beresan rumah bekas dicat, bantu masak sayur, dll. Eh, ditambah lagi adik laki-lakiku yang bungsu harus dikhitan karena ada sedikit masalah kalau dia mau pipis. Alhasil, tambah sibuk lagi deh nganter dede ke dokter. Lihat aja nih si dede abis dikhitan, kasian gak bisa lari-lari untuk ikut takbiran.

Malam lebaran ada lagi ritual yang entah kenapa biasa banget di rumahku. Tidur sampai larut! Bukan karena nonton tv lihat berita arus mudik, tapi karena pekerjaan banyak yang belum selesai, hiks! Tak apa, tangan bekerja, tapi lisan dan hati mengumandangkan takbir, beriringan dengan pawai takbir yang tiap tahun rutin diadakan di kampungku.

Tahun ini rasanya jauh lebih meriah daripada tahun-tahun sebelumnya. Pawai keliling kampung ramai oleh anak-anak dan orang tua yang bawa lampu stik warna-warni, plus miniatur masjid dari sterofom yang cantik banget! Sumpah, terharu deh liat pawai kelilingnya. Ini aku ambil gambarnya pas arakan itu lewat depan rumah. Susah banget, karena mereka bergerak terus sedangkan kameraku hanya kamera digital biasa yang operasinya manual semua, hehe.

Idul Fitri yang dinanti tiba juga. Pagi-pagi seisi rumah sudah sibuk mau ke masjid, sayang aku lagi kedatangan tamu bulanan jadi gak bisa ikut sholat. Alhasil, jadi penunggu rumah yang ketiban pekerjaan lebih, yaitu membereskan apa-apa yang belum selesai, kayak nyiapin gelaran karpet di ruang tengah yang lebar (biasanya ruangan ini rame banget sama ibu-ibu plus anak-anaknya, makanya sengaja gak dipasang kursi biar muat banyak, hehe). Trus, lanjut nyiapin ketupat beserta anak buahnya di meja makan, biar kalau mereka pulang bisa langsung sarapan dan cepat sungkem ke rumah mbah di sebelah sebelum para tetangga datang ke rumah.

Ooo

Ini suasana hari pertama di rumah. Pose wajib yang diambil di ruang tamu. Masih seperti tahun kemarin, ada pengurangan satu orang adikku, belum datang dari Belitang. Lalu pose-pose lain setelah para sepupu datang. Rame ya? =D

Idul fitri tahun ini bersamaan dengan hari lahir Abah yang ke 51 tahun. Gak sempet buat apa-apa, jadi Cuma buat brownis kukus yang dihias (lagi-lagi) alakadarnya. Buatnya aja sudah malam karena aku pulang kerja sore hari, ditambah beberesan dll. Hiasannya sederhana banget dengan warna krem plus coklat, sudah ngantuk mau buat model macam-macam.

Besok malamnya, kebetulan sodara-sodara pada mampir dan nginep, meramaikan malam hari lahir Abah. Seru, senang karena kumpul keluarga yang sangat jarang dilakukan. Tapi sayang, gak sempat ngadain sesi foto ramean karena para ponakan balita sudah rewel, antara ngantuk dan rebutan mainan.

Yah, pokoknya suasana lebaran memang bikin bahagia lahir batin deh. Semoga masih bisa ketemu Ramadhan dan Syawal tahun berikutnya, ya. Aamiin.

11 Agustus 2013

Tetaplah Menulis

Sebenarnya, gak cuma iseng sih buka-buka blog teman-teman yang ada di link ini, tapi ternyata kebanyakan blog mereka sudah lama gak diupdate. Buktinya postingan yang paling atas pun masih dalam rentang waktu tahun 2012an. Kalaupun ada yang posting tahun 2013, itu juga di bukan yang awal-awal.

Jadi ingat dulu sewaktu blog lagi booming banget. Aku dan beberapa teman semangat sekali untuk buat blog pribadi. Alasannya sederhana, biar menulis menjadi menyenangkan karena ada media publikasi yang bisa dilihat banyak orang dan gratis, juga bisa semau-mau kita nulis apa. Dan sejak aku punya blog, aku memang pamer pada teman-teman. Alasannya pun sederhana, untuk menyemangati mereka menulis juga. Rupanya ada juga yang nyangkut untuk ikutan punya blog. Beberapa teman dan adik tingkat minta diajarin buat blog juga (hehe, padahal aku juga bisa karena diajarin orang dan ketika diminta ngajarin juga belum terlalu bisa). 

Maka, waktu itu bermunculanlah blog-blog teman yang isinya bermacam-macam. Mulai dari curhat, hingga jualan. Jujur, aku ikut senang karena mereka mau menulis. Bagiku, menulis dengan banyak orang bisa membuatku lebih semangat.

Tapi, ketika malam ini membuka blog-blog itu, ternyata sebagian sudah ditumbuhi 'ilalang' karena sering ditinggalkan pemiliknya. Rasanya ingin seperti waktu itu yang sering saling memberi komentar atas tulisan-tulisan yang diposting. Yah, mudah-mudahan semangat mereka masih tetap ada :)